Rabu, 18 Oktober 2023

Wajib Tahu, Menteri Sosial Risma Berpesan ke Penerima Manfaat Program Pahlawan Ekonomi Nusantara


JAKARTA, Pemberdayaan bagi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), salah satunya dengan Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) perlu didampingi terus agar bisa naik kelas. 

“Dari cara-cara tradisional ke depan itu penerima manfaat PENA harus didampingi untuk belajar cara berjualan atau bertransaksi menggunakan alat elektronik atau secara digital, ” ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam acara PENA TV melalui Zoom meeting, Minggu (15/10/2023).

Sebagai contoh, kata Mensos, Pahlawan Ekonomi di Surabaya saat terjadi pandemi Covid-19 malah bisa bertransaksi naik, salah satunya karena penjualan melalui digital, walaupun di rumah tapi tetap bisa berjualan. 

“Ke depan, yang berjualan itu harus ada Id Card saat memasarkan produk melalui media sosial tanpa harus bayar iklan tapi diajari triknya agar jangan tertipu pemesan fiktif yang punya niat jelak. Setiap Sabtu-Minggu ada training PENA agar terus dimbimbing, dan jika ada pemesan dicurigai, Bapak/ibu bisa konsultasikan ke kami dulu dan itu lebih baik daripada sadar tapi sudah tertipu, ” tandas Mensos. 

Dalam program PENA, Mensos menyampaikan empat pesan penting agar penerima manfaat bisa naik kelas dan tidak hanya berjualan dan di titik tertentu mampu mencapai kesejahteraan bagi diri dan lingkungannya.

“Pertama, pesan saya semua usaha itu ada risiko dan kita berupaya memperkecil dengan mengerti cara yaitu menyiapkan data, Id Card lebih lengkap, ada kartu nama dengan huruf braile, serta terus beradaptasi untuk memasarkan produk dengan teknologi seperti medsos, ” katanya.

Perlu disadari saat mempunyai keuntungan yang lumayan agar tidak bersenang-senang dulu dengan membeli sesuatu yang belum dibutuhkan, sehingga lalai dengan pembukuan tapi terus meningkatkan penjualan. 

“Saya harap harus disiplin dan itu kunci jadi pengusaha sukses. Jangan saat jualan banyak laku jadi lalai, tapi perhatikan pengelolaan keuangan. Tolong diikuti dengan disiplin dan nanti ada saatnya bisa membeli rumah, mobil dan yang lainnya, ” tandas Mensos. 

Tidak ada yang tidak mungkin, tapi terus belajar dengan senantiasa melakukan inovasi karena suatu produk itu ada masanya, baik dari segi motif, warna, ukuran, keunikan serta trend yang sedang ramai. 

“Seperti pakaian yang sudah diproduksi kemarin, para pengusaha harus terus berinovasi dengan motif yang baru, model dan warna yang baru pula, serta bahan sehingga dengan demikian produk-produknya akan selalu dinanti oleh para pembeli karena inovasinya, ” imbuh Mensos. 

Pelaku usaha PENA juga tidak boleh melupakan untuk tetap saling menjaga silaturahmi dengan sesama pengusaha, karena itu akan menguatkan dan mendukung dalam usaha yang sedang dijalankan. 

“Pengusaha pakaian bisa beli produk pengusaha makanan atau sebaliknya. Jalin silaturahmi dan komunikasi minimal dengan temen-temen dekat. Semua orang di mata Tuhan itu sama dan tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan asal mau belajar, serta dalam kondisi apapun jangan menyerah. Semangat terus ya semuanya!, ” pungkas Mensos.

Motivasi Program Kemensos, Gadis Penyandang Disabilitas Dari Kota Ternate Unjuk Hasil Beragam Usahanya


JAKARTA, Perhelatan ASEAN High Level Forum (AHLF) Disability Included Development Partnership Beyond 2025 di Kota Makassar, 10 – 12 Oktober 2023, salah satunya diisi pameran Tata Rupa.  

Dari sekian peserta, sosok Nurjannah Penerima Manfaat (PM) seorang disabilitas kaki dari Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara dan menjadi peserta yang terpilih untuk memamerkan beragam usahanya. 

Wanita 41 tahun itu adalah _founder_ serbausaha di Ternate dengan mengangkat produk jasa lokal yang telah bergerak sejak 2012 dengan 2 brand. Pertama, brand makanan dan minuman dengan nama “calumpung”, seperti air gula instan, kopi rempah jahe instan, kripik pisang mulut bebek (pisang khas Maluku Utara), sambal roa yang di-mix dengan kenari cincang panggang, serta abon ikan cakalang, Rabu (18/10/23).

Brand kedua, berupa teknik seni menata daun di atas media (kain, kertas, kulit dan lainnya-red) menggunakan pewarna alami dengan motif dari daun itu sendiri yang dilabelkan dengan nama “mayana echo print”.  

“Suka sekali dengan seni dari alam seperti echo print. Saya hanya perantara penyedia media seperti kain, kulit kertas dan sebagainya dan alamlah mencetak dirinya di atas media yang saya sediakan. Itulah yang membuat saya tergila-gila dengan echo print,” ucap Nurjannah

Sudah sejak lama, Kota Ternate dikenal sebagai kota rempah seperti daun jati, daun pala, daun cengkeh yang bisa digunakan sebagai media eco print.

“Daun jati warna hijaunya kadang jadi merah magenta, ungu, terkadang warna hijaunya sendiri jarang dan itu unik sekali. Atas dasar itulah saya ingin memberikan ruang pada rempah-rempah di atas kain,” ungkapnya.

Keterbatasan fisik Nurjannah di kaki tidak menghalanginya berkarya dan berkreatifitas dengan bahan-bahan alami. bahkan, ia aktif di berbagai lembaga sebagai penggerak untuk menyuarakan hak-hak disabilitas. 

Untuk menjalankan usaha ia menggandeng 10 penyandang disabilitas lainnya menjadi pegawai tetap untuk menjalankan produknya. “Saya memikirkan bukan untuk diri sendiri, tapi lebih kepada hidup harus bermakna bagi sesama dan kita bisa memanusiakan manusia,” katanya.

Keseriusan Nurjannah fokus menjaga kualitas produk sebab banyak masyarakat memandang sebelah mata atas karyanya serta meyakinkan yang dijual hasil karya miliknya bukan keterbatasan fisik yang dimilikinya. Untuk harga ada dikisaran Rp 350- jutaan tergantung design dan tingkat kerumitan daun yang pesankan. 

“Saya ingin masyarakat melihat karya saya, bukan kasihan melihat sebagai penyandang diabilitas. Maka, saya sangat memperhatikan kualitas produk. Orang beli dengan rasa kasihan pasti sekali, tapi kalau kualitas pasti terkesan dan akan membeli lagi,” ucapnya

Pencapaian hingga sekarang bukanlah hal mudah. Banyak pihak berperan penting, salah satunya Kemensos melalui Sentra Wasana Bahagia penunjang keberlangsungan usaha, tidak sekedar memberikan barang melainkan juga penghargaan secara moral. 

“Barang sudah mendapatkan Brand Seller dari Kemensos termasuk usaha makanan. Saya juga dikasih kursi roda, motor roda tiga yang sangat berguna membawa barang-barang dagangan agar bisa didistribusikan di toko, indomaret dan tempat-tempat lainnya,” ungkapnya. 

Satu hal yang paling berkesan adalah suasana bahagia, tidak hanya sebagai PM melainkan sosok Nurjannah yang bisa dilibatkan dari si seorang perempuan penyandang disabilitas yang mampu memotivasi. 

“Saya pernah dipercaya jadi instruktur di bagian craft dan mendampingi teman-teman ODHA di mana mindset mereka hanyalah mati. Saat melihat saya, perempuan susah payah berjalan dengan tongkat dan dengan keterbatasan bisa buat banyak karya kerajinan bisa survive dalam hidup, memiliki 5 anak, banyak binaan serta menjadi motivator bagi mereka untuk terus melanjutkan hidup,"tandasnya. 

Ada satu keinginan belum terwujud, yaitu memiliki galeri untuk memajang hasil karya, di mana usai proses produksi hingga dipajang kurang dilihat masyarakat karena di rumah berada di dalam lorong. 

“Ingin memiliki galeri agar usai produksi bisa dipamerkan tidak lagi di rumah. Melainkan di pinggir jalan yang strategis untuk memamerkan semua barang dan karya agar mudah dilihat dan dijual, ” pungkasnya.